Tentang sejarah perusahaan Toyota yaitu Toyota didirikan pada tahun 1937 sebagai hasil spin off dari Toyoda Automatic Loom Works, salah satu manufaktur terkemuka di dunia untuk industri mesin rajut. Toyoda Automatic Loom Works dikepalai oleh Sakichi Toyoda “raja investor” Jepang. Hak patent untuk mesin ini kemudian dijual kepada Platt Brothers (UK) dan anggaran disediakan untuk pengembangan dan pengetesan bangunan pertama automobile Toyota.
Sejarah Pembentukan Budaya Organisasi
• Terbentuknya budaya organisasi tidak bisa terpisah dari peran pendiri organisasi (dalam kasus Toyota peran pendiri oleh Sakichi Toyoda)
• Pendiri organisasi bertindak sebagai peletak dasar ideologi organisasi
• Disamping memiliki cita-cita, pada saat yang sama para pendiri juga meletakan landasan filosofi sebagai pedoman moral dan pedoman bertindak dalam menjalankan semua aktivitas dalam rangka meraih cita-cita.
Sejarah pembentukan budaya organisasi pada perusahaan Toyota dimulai pada tahun 1950. Pada tahun tersebut perusahaan mengalami pemogokan karyawan yang akhirnya menciptakan komitmen terhadap prinsip percaya satu sama lain dan ketergantungan dan lahirnya filosofi perusahaan – The Toyota Way –
Dasar Budaya Perusahaan Toyota
Dalam Bahasa Jepang ‘tsukuri’ (berarti membuat atau bertumbuh) juga mendeskripsikan bagaimana Toyota mendukung karyawan untuk menjadikan ide dan mentransformasikannya di dalam perusahaan guna menghadapi perubahan di dalam lingkungan bisnis. Penekanan dalam mengubah pengetahuan tacit perorangan menjadi milik perusahaan – senantiasa menekankan kepada hubungan antar manusia.
Budaya perusahaan Toyota atau lebih dikenal sebagai “Toyota Way” diciptakan berdasar pada basis SDM dimana perusahaan mempercayai bahwa Toyota terdiri dari orang (‘Hito’ – dalam bahasa Jepang), dan membangun kemampuan manusia/ SDM (‘Hito-tsukuri’) melalui pelatihan, coaching dan mentoring sebagai tanggungjawab utama di dalam perusahaan.
Toyota Way dibentuk oleh dua pilar utama dan pilar tersebut menciptakan lima nilai yang dapat menumbuhkan budaya perusahaan (corporate culture) yaitu:
• Pilar Pertama yaitu peningkatan berkelanjutan (continuous improvement) yaitu memiliki keinginan untuk terus meningkatkan bisnis melalui penciptaan ide-ide dan upaya yang terbaik untuk menghasilkan good products and services quality.yang direpresentasikan dalam tiga nilai yaitu challenge (tantangan) artinya membuat suatu keputusan manajemen dalam berbisnis berdasarkan filosofi jangka panjang, kaizen yaitu pembelajaran organisasi secara terus menerus dengan melihat masa depan, dan genchi genbutsu.yaitu melihat realita yang ada di depan mata agar lebih memahami situasi dengan benar.
• Pilar kedua, adalah “respect for people” (rasa hormat terhadap orang lain) yang menekankan bahwa memiliki respect kepada sesama merupakan hal penting dalam bisnis karena kesuksesan dari sebuah bisnis diciptakan dari usaha individu dan teamwork yang baik. Respect for people menumbuhkan dua nilai yaitu respect dan teamwork. Dalam pemaparan tentang Toyota Way beliau pun menjelaskan “4P” model Toyota Way yang menjadi dasar dari Toyota Production System (TPS) yang dipraktikkan di pabrik-pabrik Toyota di seluruh dunia, yaitu Philosopy, Process, People/Partners dan Problem Solving.
14 Prinsip Toyota Way:
Prinsip 1: Dasarkan keputusan manajemen anda pada filosofi jangka panjang, bahkan bila harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek
Prinsip 2: Buat alur proses yang kontinyu untuk mengangkat permasalahan ke permukaan.
Prinsip 3: Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan.
Prinsip 4: Ratakan beban kerja (heijunka). (Bekerjalah seperti kura-kura, bukan seperti kelinci).
Prinsip 5: Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kali.
Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawan.
Prinsip 7: Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi
Prinsip 3: Gunakan sistem "tarik" (pull) untuk menghindari produksi yang berlebihan.
Prinsip 4: Ratakan beban kerja (heijunka). (Bekerjalah seperti kura-kura, bukan seperti kelinci).
Prinsip 5: Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah, sehingga kualitas yang tepat diperoleh sejak pertama kali.
Prinsip 6: Tugas dan proses yang terstandar merupakan dasar untuk perbaikan secara terus-menerus dan pemberdayaan karyawan.
Prinsip 7: Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi
Prinsip 8: Gunakan hanya teknologi yang dapat dipercaya dan benar-benar teruji untuk melayani orang-orang dan proses.
Prinsip 9: Kembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya, menjiwai filosofinya, dan mengajarkannya kepada orang lain.
Prinsip 10: Kembangkan orang-orang dan tim yang luar biasa, yang bersedia mengikuti filosofi perusahaan Anda.
Prinsip 11: Hormati jaringan mitra dan pemasok dengan cara terus menantang mereka dan membantu mereka memperbaiki diri.
Prinsip 12: Pergi dan melihat sendiri untuk dapat benar-benar memahami situasi (genchi genbutsu).
Prinsip 13: Ambil keputusan secara perlahan-lahan dengan konsensus, seksama dalam mempertimbangkan semua pilihan; mengimplementasikan keputusan dengan cepat (nemawashi).
Prinsip 14: Menjadi organisasi pembelajar melalui refleksi yang terus-menerus (hansei) dan perbaikan yang berkesinambungan (kaizen).
KESIMPULAN :
Budaya perusahaan adalah soft side, sebagai pendukung hard side (struktural, sistem produksi, teknologi, dan desain) untuk memacu kualitas.
Dengan demikian, Toyota Way dapat dijadikan sebagai acuan dan sebuah pelajaran, visi serta inspirasi bagi sebuah perusahaan yang ingin berhasil dalam jangka panjang.
Oleh: Nisma Islami, SE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar