Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Kamis, 21 Juni 2012

"SHOULD GENDER MAKE A DIFFERENCE?"



http://tommyswindow.com/phocadownload/english/gender_differences-LRG.jpg
Pramesti adalah seorang manajer wanita yang bekerja pada suatu staf manajemen yang beranggotakan tujuh orang ( dia salah satunya ) yang ke-enam anggota lainnya adalah laki- laki . Di perusahaan tempat Pramesti bekerja , Pramesti juga adalah seorang yang dihormati dan dijadikan panutan karena ketekunan dan ketahanannya dalam bekerja. Pramesti sadar akan gender ( jenis kelamin ) nya sebagai wanita . Bahkan dia pernah berpikir , karena gender inilah yang membuat atasannya tidak mudah mempromosikan dirinya ke posisi atau jabatan yang lebih tinggi.

Pada saat ini Pramesti sedang menguji catatan yang dia dari tiga pelamar untuik mengisi suatu posisi manajemen . Ketiga pelamar tersebut diantaranya yaitu : Rahmat Margono , Hartati dan Joko Karyadi . Atas  dasar wawancara dan pengalaman kerja masing – masing pelamar diketahui bahwa Rahmat Margono merupakan calon yang paling berkualaitas dan pasti semua staf setuju dengan Margono. Diikuti oleh Hartati yang hasil wawancaranya baik sekali tetapi akademisnya bukan pada bidang bisnis akan tetapi dia mempunyai beberapa tahun pengalaman di dunia bisnis . Yang terakhir Joko Karyadi yang pengalaman , latar belakangnya bukan di dunia bisnis dan  hasil wawancaranya yang tidak membantu.
Pramesti bingung untuk memilih diantara Margono dan Hartati . Margono merupakan calon yang lebih kuat karena dia adalah bisnis major dari suatu universitas ternama dan memiliki pengalaman bekerja selama enam tahun di peruasahaan pamannya . Sedangkan Hartati memilki ijazah sosiologi dengan pengalaman kerja lima tahun pada perusahaan yang sama .  Pramesti melihat sebagian dirinya pada Hartati . Dia bermaksud untuk mempunyai manajer wanita pada stafnya karena dia lelah menjadi tanda / symbol perusahaan . Jika saja perusahaan lebih mempertimbangkan bakat wanita , Hartati pasti bisa menjadi calon yang kuat. Pramesti percaya jika dia dan Hartati akan menjadi dua model untuk wanita – wanita lain di perusahaan .

Menurut saya Pramesti tidak benar jika mempertimbangkan Hartati sebagian atas dasar gender ( jenis kelamin ) . Memang masalah perbedaan gender di lingkugan kerja merupakan masalah yang rumit . Akan tetapi sebagai seorang manajer yang professional Pramesti harus mampu membedakan mana kepentingan individu dan kepentingan bersama . Sangat jelas diterangkan bahwa Margono memang benar – benar calon yang terkuat ( pengalaman kerja dan hasil wawancaranya lebih baik dari pada Hartati ) .

Dalam pandangan perilaku etis , perilaku Pramesti tergolong dalam Individualism View atau pandangan individualism yaitu perilaku etis yang didasarkan atas kepercayaan bahwa komitmen utama seseorang adalah terhadap perkembangan jangka panjang dari kepentingan diri seseorang . Yang menunjukan Pramesti tergolong dalam Individulalism View adalah Pramesti mempertimbangkan Hartati sebagian atas dasar gender ( jenis kelamin ) yang berwujud pikiran Pramesti untuk menjegal Margono secara diam – diam agar Margono tidak mengambil posisi manajemen tersebut yang akhirnya pasti posisi tersebut akan ditawarkan kepada Hartati . Dalam praktek bisnis , pandanagan ini menimbulkan apa yang diebut sebagai pecuniary ethics , yang oleh pengamat digambarkan sebagai kecenderungan untuk “meniadakan hukum” dan “menginjak orang lain untuk mencapai tujuan seseorang “.
Sumber konflik dalam hal ini sebenarnya bermuara pada keputusan atau kebijakan perusahaan yang dibuat tanpa mempertimbangkan bakat – bakat pada wanita . Jika digolongkan termasuk jenis konflik yang  vertical karena melibatkan wakil kelompok lini dengan staf . Apabila perusahaan lebih mempertimbangkan bakat – bakat pada wanita , Pramesti dan wanita – wanita yang lain akan merasakan kepuasan . Perusahaan bukannya mempermudah malah mempersulit mereka untuk mencapai tingkat atau posisi yang lebih tinggi di perusahaan dengan sebab mereka berjenis kelamin wanita yang notabene derajatnya dipandang orang dibawah laki – laki . Sebagai sebuah peusahaan yang ingin sukses sebaiknya  jangan menjadikan perbedaan gender ini sebagai pembatas ruang gerak pekerjanya melainkan bagaimana perusahaan mengatasi masalah perbedaan gender ini dengan sikap yang objektif  karena kepemimpinan disebut efektif bila pemimpin perusahaan tahu bagaimana menempatkan suatu masalah dengan baik .  

Untuk mnyelesaikan konflik tersebut dapat menggunakan gaya pengelolaan konflik kolaborasi (collaboration) atau metode pemecahan masalah (problem solving) yaitu menjadi kooperatif maupun assertif; mencoba memenuhi kepentingan setiap orang secara penuh dengan bekerja melalui perbedaan ; menemukan dan memecahka masalah sehingga setiap orang mendapat keuntungan . Kolaborasi atau metode penyelesaian masalah (problem solving) , seringkali merupakan gaya pengelolaan konflik paling efektif karena ini merupakan bentuk dari metode konflik “menang-menang” (win-win conflict) dimana permasalahan – permasalahan yang ada diselesaikan dengan tujuan saling menguntungkan kedua belah pihak yang berkonflik .

Sebetulnya ada jalan atau cara yang dapat ditempuh oleh Pramesti untuk mengurangi perannya dalam konflik tanpa membahayakan nilai – nilai pribadinya dan integritas profesionalnya . Jalan tersebut adalah dengan mencari dukungan terhadap pilihan Pramesti yaitu Hartati  atau melalui negosiasi .

Negosiasi merupakan proses kerja sama membuat keputusan – keputusan apabila kelompok yang terlibat memiliki perbedaan preferensi . Atau dengan kata lain , merupakan cara mencapai keepakatan di mana keputusan yang dibuat melibatkan lebih dari satu orang atau kelompok . Dalam buku “Getting to Yes” karangan Roger Fisher dan William Ury menyatakan bahwa kesepakatan yang bersifat integrasi diusahakan dengan empat aturan perundingan dibawah ini :
Ø      Pisahkan orang – orang yang terlibat dengan permasalahan yang ada.
Ø      Lebih menitikbratkan pada pemenuhan kepentingan bukan pemenuhan posisi atau jabatan .
Ø      Melakukan generalisasi semua alternative sebelum memutuskan apa yang akan dilakukan .
Ø      Menyarankan agar hasil akir didasarkan atas beberapa sasaran yang sudah ditetapkan .

Sikap yang tepat serta informasi yang baik merupakan pondasi penting untuk setiap kesepakatan yang terintegrasi . Melalui negosiasi kesepakatan yang dicapai dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu Pramesti dengan anggota staf yang lain .

Mencari dukungan atas pencalonan Hartati dan negosiasi adalah jalan yang dapat ditempuh apabila hanya Pramesti yang menjadi manajer wanita pada staffnya. Kemungkinan yang terjadi pada pencalonan Hartati jika bukan hanya Pramesti saja yang menjadi manajer wanita di staff manajemen adalah Pramesti akan memberikan perhatiannya kepada pencalonan Hartati . Pramesti tentu akan mencari dukungan dengan cara mempengaruhi manajer wanita yang lain dengan alasan keefektifan kerja bila bekerja dengan sesama wanita ( persamaan gender  ). Maksud dari keefektifan kerja ini adalah perbedaan gaya kepemimpinan kaum wanita yang cenderung lebih demokratis dan partisipatif  seperti memperlihatkan perhatian terhadap orang lain , peduli akan orang lain dan membagi kekuasaan serta dirujuk sebagai kepemimpinan interaktif , yang focus pada upaya membangun consensus dan hubungan interpersonal yang baik melalui komunikasi dan keterlibatan . Kaum pria , sebagai kebalikannya , dapat menjadi lebih transaksional dalam kepemimpinan mereka , bertindak lebih direktif dan lebih asertif , dan menggunakan otoritas dalam pengertian “perintah dan kendali” tradisional.

Calon yang saya dukung adalah calon yang yang paling memiliki kualitas untuk mengisi posisi tersebut yaitu Rahmat Margono . Bagaimanapun juga meski Rahmat Margono seorang laki – laki ,dia memiliki kelebihan – kelebihan yang tidak dimiliki oleh Hartati . Kelebihan – kelebihan tersebut diantaranya adalah Rahmat Margono memiliki latar belakang bisnis yang kuat dan pengalaman kerjanya yang jauh lebih lama dari pada Hartati . Selain itu yang terpenting atau penekanan  dalam seleksi ini diletakan pada kapasitas seseorang untuk berprestasi dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan bukan pada persamaan gender.
  
Materi: Ujian Tengah Semester BP, Nisma Islami S.E  ( 02 Maret 2008)                            

Referensi :
a)      Schermerhorn ,John R. ,Jr. penerjemah Drs. M. Parnawa Putranta, MBA , Drs. Surya Dharma Ginting, M.Si , MF. Sheelyana Junaedi, SE , Th. Diah Widiastuti, SE . 2003 .MANAJEMEN BUKU 1. Cet. ke V . Yogyakarta: penerbit ANDI bekerja sama dengan John Wiley & Sons (Asia) Pte.Ltd.

b)      Schermerhorn ,John R. ,Jr. penerjemah Drs. M. Parnawa Putranta, MBA , Drs. Surya Dharma Ginting, M.Si , MF. Sheelyana Junaedi, SE , Th. Diah Widiastuti, SE . 2003 .MANAJEMEN BUKU 2 . Cet. ke V . Yogyakarta: penerbit ANDI bekerja sama dengan John Wiley & Sons (Asia) Pte.Ltd.

c)      Fisher Roger , Ury William . 1983 . Getting to Yes .: Negotiating Agreement Without Giving in. New York : Penguin.

d)      R Wayne Pacedan Don F. Faules editor Dedy Mulyana, MA.,Ph.D, penerjemah Muclis. Oktober 2002. KOMUNIKASI ORGANISASI ( Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan ). Cet ke IV. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Tidak ada komentar: